28 November 2012

Dirimu.

Dirimu itu bukan bintang di malam,
Bukan juga bulan yang benderang,
Bukan juga matahari yang menyengat.
Dirimu itu langit, ya, bentangan langit,
Dirimu itu tempat di mana mereka semua ada.
Dirimu itu luas, kemana mata memandang, di situ ada.
Dirimu, tempat terindah untuk menikmati fajar pagi yang bersemangat,
Menikmati senja yang sendu, dan tempat untuk menghayati apa itu malam.
Dirimu tidak pernah sekalipun membosankan,
Iri hati ini melihat awan yang bermanja denganmu,
Sedih hati ini melihatmu menangis, menjatuhkan rindu pada tanah.
Susah hati ini melihatmu marah, melemparkan guruh kala geram.
Dirimu itu pantulan air samudra, penuh gejolak, tanpa kepastian.
Dirimu, langit, tempat dimana semua manusia memandang.
Dirimu, semoga, diriku pantas bersanding denganmu suatu saat.

22 October 2012

Diam.

Dalam diamku, ada bimbang.
Dalam diamku, ada kecewa yang tertahan.
Dalam diamku, benakku berteriak.
Dalam diamku, anganku benar menjadi angan.
Dalam diamku, ada rasa yang aku tak paham.
Dalam diamku, lelah dan harapku beristirahat.
Dalam diamku, aku memandang jarak terbentang.
Dalam diamku, ada banyak kata tak tersampaikan.
Dalam diamku, ada banyak salam tak terbalas.
Dalam diamku, aku menulis sepucuk surat.
Dalam diamku, aku menunggu kau berbuat sesuatu.
Dalam diamku, aku tidak hanya diam.
Dalam diamku, ada kamu.
Dalam diamku, ada rinduku padamu.
Dalam diamku, menyaksikan rindu itu tak berbalas.
Dalam diamku, aku akhirnya terdiam.

12 October 2012

Kamu.

Hangatnya kopi di dinginnya malam ini.
Menggugah ingatku pada sentuhmu.
Manisnya rasa di lidahku yang kelu ini.
Membangunkan ingatku pada senyummu.

Sudah lelah debarku menunggu.
Sudah letih rinduku berulang.
Aku berdiri dalam yakin.
Kita ada di ruang yang sama.

Kita mendengar rintik yang sama.
Sekalipun kau tak ada dalam pandangan.
Kita menikmati bulan yang sama.
Meski bayangmu ada di sudut yang lain.

Jangan ada jika.
Jangan ada kalau.
Biarkan debarku pergi tak kembali.
Biarkan rinduku tidur tenang.

04 October 2012

Mendung.

Langit sore berteriak.
Awan ikut merintih.
Burung terbang berserak.
Daun kering jatuh saling menindih.

Hujan tak mau kalah bersuara.
Mendarat ke tanah sambil bergemuruh.
Diri dihujam hujan tanpa jera.
Ditinggal sendiri hingga ingin runtuh.

Suara nurani menjadi redam.
Remuk karena mengamuk.
Harapan seketika padam.
Semangat tumbuh menjadi suntuk.

Buat apa berubah,
Jika suasana membeku dingin.
Silakan jadi jengah,
Jika mimpi hanya sebatas ingin.

Dia ingin kembali terbang,
Tapi sayapnya basah kemudian patah.
Kini hanya bisa diam berkubang.
Menatap rasa yang sudah buta arah.

03 September 2012

Jengkel.

Membayangkan orang tua yang melihat anaknya melakukan kesalahan yang sama berulang kali, dan ditegur berulang kali, bahkan, dijamin, kuantitas teguran pasti sudah jauh lebih banyak ketimbang kesalahannya, tetap saja anak itu melakukan hal yang sama berulang ulang terus. Rasa apa yang dirasa oleh orang tua? Satu jawaban yang melintas adalah jengkel. Iya, jengkel, versi lebay nya mungkin si orang tua sempat kepikir "Kalau bukan anakku, ngga akan kami tegur lagi."
Lalu bagaimana?

Sedang membuat perumpamaan hal serupa, hanya subyek subyek nya kini berbeda, pihak pertama adalah Pencipta, pihak kedua adalah si manusia. Pihak pertama mungkin sudah lelah melihat kenakalan pihak kedua, tapi apa daya, sudah terlanjur diciptakan, dibiarkan, ditegur, tapi tetap saja belum berubah. Mau apa dikata? Jengkel? Apa ya yang ada di pikiran yang ada di Atas sana? Terlalu jengkel hingga menjadi cuek? Atau tidak jengkel dan masih bersabar?

Ingin rasanya mendengar suara secara langsung, directly, straight to the point, tentang apa mau-Nya dan harus melakukan apa. Akan terlihat mudah jika bertemu dengan banyak pilihan yang ada di sini, dari yang kurang menggoda, cukup menggoda hingga sangat menggoda. Tapi tidak akan semudah itu, tidak akan. Dirinya bukan sesosok gampangan yang mudah ditemui sesuai keinginan pihak kedua. *sigh*. Beruntungnya mereka yang sudah menikmati kesempatan emas untuk mendengar beliau secara langsung, atau bahkan bertemu?

Jatuh bangun itu biasa. Sering salah pilih memilih itu lumrah sebagai manusia *pembenaran*. Sering jatuh itu terlalu biasa. Sering bangun itu tidak biasa. Jatuh di tempat yang sama itu menggiurkan sekaligus memalukan. Salah pilih kemudian ingin meralat itu susah dilakukan.

Jadi maunya apa?

13 August 2012

Rindu Setengah Mati.

Ada sebagian darimu ada didiriku.
Ada sebagian pikiranmu ada di pikiranku.
Ada sebagian hidupmu di hidupku.
Adakah sebagian perjuanganmu di perjuanganku?
Tak terlalu mengenalmu dengan baik sebelum kau menghilang.
Tak kukenal sosokmu.
Tapi sering waktu, aku rindu.
Aku rindu setengah mati, hingga mata ini bengkak.
Aku rindu setengah mati, aku berteriak tanpa suara, diredam kapuk bantal.
Aku rindu setengah mati, merindui sesosok yang kurang kukenal.
Aku rindu setengah mati, ingin peranmu di hidupku lebih banyak.
Aku rindu setengah mati, ingin kehidupan yang lain jika saja kau masih berwujud.
Membuang waktu berharap kosong.
Membuang waktu mengandaikan perandaian mustahil.
Membuang waktu untukku bermimpi yang lebih nyata.
Membuang waktu untuk hal yang tak kan kudapat.

08 August 2012

Delapan, Dua Puluh Lima.

Delapan.
Sudah timpang, hanya sebelah.
Tak punya lagi yang berpasangan, hanya seorang.
Satu hilang, sebenarnya masih ada tiga penawar.
Hanya penawar tak tau bahwa mereka itu penawar.
Penawar kini hilang makna, tak berbekas.
Pergi dari rumah dan menghilang. *puff*
Seorang saja belum cukup untuk memuaskan.
Tumbuh dalam ketidakpastian.
Tak tahu siapa yang salah dan harus disalahkan.
Meninggi tanpa tau apa itu ketinggian.
Berubah  tanpa tau apa itu perubahan.

Dua Puluh Lima.
Masih timpang.
Ingin teriak? Iya, di dalam hati.
Ingin protes? Iya, tapi tak terkatakan.
Ingin berontak? Iya, di dalam jiwa.
Apakah ini kutukan? Jika iya, cumbu saja, peluk tanpa lepas, biarkan kutukan lenyap dan menjadi seorang pangeran utuh.
Apakah salah untuk mencari penawar yang lain? Salah, jika penawar itu tak menyembuhkan.
Apakah salah untuk mencari obat timpang? Salah, jika hanya sesaat.
Ada yang hilang, tapi tak tahu itu apa.
Ada yang dicari, tapi tak tahu itu apa.
Ada yang tak lengkap, tapi tak tahu itu apa.
Takut, makin lama, timpang ini serasa tak ada, timpang ini menjadi sempurna.

Sejauh Memandang.

Burung bersayap kini bersiap
Dia terbang untuk melalang
Hatinya tertawan memandang awan
Bersenandung hingga langit menjadi mendung.

07 August 2012

Perjalanan.

"I think you travel to search and you come back home to find yourself there."

Sebagian orang menyukai perjalanan. Lewat perjalanan, mereka menghabiskan waktu dan menikmatinya. Waktu terasa berjalan sangat cepat, melintasi ruang, mengenalkan dan membiasakan diri akan sebuah perpindahan dimensi ruang. Perjalanan membuat beberapa orang mengenali diri mereka sendiri. Sebuah perjalanan membawa seseorang untuk menjumpai hal yang belum pernah ia temui, menganalisa, membuat perbandingan dan membuat kesimpulan, apapun kesimpulan itu, akan memperkaya wawasan. Manusia diciptakan, dilahirkan di suatu daerah tertentu, bukan berarti mereka harus menetap di tempat itu selamanya. Manusia diciptakan untuk memiliki rasa keingintahuan, seperti halnya seorang anak kecil yang sedang memiliki keingintahuan yang besar, setiap melihat hal yang asing baginya, ia akan melontarkan pertanyaan demi pertanyaan hingga ia terpuaskan.

Perjalanan membuat seseorang menjadi dewasa, berpikir dalam, berpikir cepat, menguraikan masalah dan mengambil solusi. Perjalanan itu seperti pencarian, menemukan tujuan, mendapat kepuasan, mencari destinasi lain dst. Satu dua kali perjalanan tidak akan bisa memuaskan keingintahuan, perjalanan itu seperti candu, bisa membuat orang tergila-gila bagi mereka yang sudah merasakan getahnya. Terikat, sadar dan tak mau lepas.

Perjalanan itu bergerak. Bergerak di dalam dimensi yang juga bergerak. Bumi itu luas dan bergerak. Planet ini saja bergerak, kenapa kita tidak ikut bergerak juga? Sebuah perjalanan membuat daya adaptasi bekerja dengan maksimal. Perjalanan membuat manusia bisa sampai ke tempat bernama bulan. Jika tidak bergerak, maka mencapai bulan akan tinggal mitos dan harapan dan mimpi. Sebagian besar manusia memiliki habitat mereka sendiri yang disebut rumah. Titik awal dan titik akhir perjalanan adalah rumah, pergi dari dan kembali ke rumah. Pergi dengan wawasan yang sama, kembali dengan tambahan wawasan.

Dimensi perjalanan saat ini hanya dimensi ruang. Andai saja, andai, andai ada dimensi waktu yang bisa ditembus, melintas dimensi waktu di belakang yang sudah lalu, mengulang hanya untuk hitungan jam atau menit, tanpa harus mengubah cerita di masa sekarang. Mengulang masa menaiki bus dua lantai, di sore hari menuju pusat perbelanjaan dengannya, duduk di lantai dua, di baris terdepan, mengamati daun yang diterpa kaca depan, menikmati bunyi gemerisiknya, sambil mendengarkannya berjanji, "Nanti sebelum pulang beli kereta-keretaan paling panjang, trus pulang dipamer ke mamah ya". Tanpa kalimat itu menjadi kenyataanpun, walau hanya mendengar saja sudah seperti hujan di musim kering.

Ingin rasanya mengakhiri perjalanan, pulang ke rumah, dan bertemu dengan pertanyaan "Bagaimana perjalananmu?". 

01 June 2012

Ungkapan Terungkap

Ingin hati mengoyak langit
Memuaskan hati yang berasa penat
Pikiran berteriak supaya bangkit
Tapi seakan dinding depan jadi sekat

Kecewa boleh datang
Menyuruh mimpi untuk berbaris buyar
Selama harap tetap berdentang
Lampu juga akan masih berpendar

Angin bergerak perlahan
Mencari dahan untuk diserang
Semua pasti bisa bertahan
Menjaga diri untuk tetap berjuang

Kapal berhak untuk menantang badai
Asal samudra tak berniat buruk
Layar putih pertanda damai
Tolong lawan untuk tidak terpuruk

07 May 2012

Senyap

Ingin rasanya merobek senja
Mengulitinya sampai malam tiba
Jingganya senja membuat hati jadi manja
Melahirkan perasaan iba

Ingin rasanya kaki tak berhenti lari
Lari tanpa arah sampai kaki bernanah
Sambil memecah-mecahkan rasa sepi sendiri
Mengubur puingnya sampai ke dalam-dalam tanah

Tak seorangpun mau terpaksa sendiri berkelana
Tanah tak sudi mengukir hanya sepasang jejak
Mata sudah lama tak terpana
Rindu jumpa dengan orang yang dibilang bijak

Tatapan langit mulai meredup sayu
Bicara lirih sendiri sampai gelap
Satu dua tiga daun kering kini layu
Menunggu yang sendiri menjadi lelap

29 April 2012

L'age est juste un Nombre.

L'age est juste un nombre, pas plus. De l'age ne peut pas determiner de maturite. Il y a beaucoup des personnes qui sont vieux mais pas des adultes.

26 March 2012

Anda dan Dia.

Jujur, jika ditanya, saya tidak begitu suka melihat kalian berdua. Saya iri, karena dia memiliki apa yang tidak saya punya, meski saya dan dia memiliki usia yang jauh berbeda.

Kalian sangat akrab. Banyak bicara satu sama lain. Anda sangat perhatian padanya. Dan dia pun terlihat sangat bergantung pada Anda. Semua kasih sayang Anda sangat terlihat pada bagaimana Anda menatap matanya. Ada sedikit perasaan campur aduk. Saya ingin menggantikannya, bisa berdua dengan Anda. Yah, hanya harapan kosong saja. Saat dia tidur di pangkuan Anda, mata saya tidak bisa mengalihkan pandangan dari kalian. Anda sangat pengertian. Merapikan baju nya yang berantakan, merapikan rambutnya, membenarkan posisi tidurnya, membenahi letak selimutnya. Kalian memiliki hubungan yang dekat, saya tahu itu. Andai waktu bisa diputar ulang kembali dan saya berperan sebagai dia, ya, saya benar-benar berharap saya adalah dia.

Satu kalimat yang saya ingat tentang apa yang dia pinta kepada Anda, dan Anda langsung mengabulkannya adalah "Papah, beliin susu coklat panas dong".  

**sedang dihantui oleh sosok Anda bagi saya**

09 March 2012

Pikiran Memikirkan Pemikiran.


Pulang ke rumah selalu memberikan suasana hati yang nyaman. Se-enak apapun tinggal di kota orang, memang selalu lebih enak berada di rumah. Pulang kali ini, cerita yang didengar pun berbeda dan sedikit mengusik pemikiran.

Besar di keluarga ini adalah sebuah keunikan. Keluarga ini multi ras. Sebuah keberuntungan yang jarang didapat oleh orang lain, mungkin tidak banyak keluarga yang seperti ini. Kakek-nenek dari ibu, dan kakek-nenek dari ayah, melihat om dan tante yang masing-masing menikah dengan pilihan mereka sendiri, yang kalo dilihat tidak terlalu mengagungkan konsep "jika menikah, menikahlah dengan orang yang satu ras untuk mengurangi perbedaan". Satu ras/suku pun tidak mengurangi kesempatan untuk memiliki sedikit perbedaan pendapat. Melihat lebih dekat, dua kakak sendiri pun menikah dengan pasangan mereka yang berbeda suku. Hal ini membuat keluarga lebih bisa melihat perbedaan, memiliki kesempatan untuk banyak memiliki perbedaan pendapat, berselisih paham, saling memberikan argumen, dan bahkan menyelesaikan permasalahan (walau jarang, hahaha). Tidak hanya berbeda suku, keyakinan pun berbeda. (tidak ada maksud mengangkat SARA, tapi lebih ke pengertian akan baiknya perbedaan itu.) Tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya perbedaan karena dalam keadaan yang "mau tak mau harus terjadi".

Kadang ya jika dipikir, beda suku sepertinya lebih gampang diterima ketimbang beda keyakinan. Entah kenapa keyakinan itu menjadi satu hal yang memang layak dipikirkan dua kali, atau bahkan berkali-kali, tapi jika makin dipikirkan juga tak akan menemukan akhir yang memuaskan. Black Hole. Hingga pada saatnya memang, suku dan keyakinan yang berbeda menjadi bersahabat di keluarga. Well, mengambil nilai positifnya, makin berbeda, makin mengasah pikiran untuk menjadi terbuka dan melihat sesuatu dari segi yang berbeda. Perkayalah diri dengan perbedaan.

Belajar mengenai perbedaan dari lingkungan keluarga, kemudian belajar perbedaan ke area yang lebih besar, negara. Indonesia itu penuh, bahkan melimpah dengan keragaman. Tapi sayang, tidak semua orang Indonesia bisa belajar banyak bagaimana menerima keragaman. Sungguh terlalu banyak orang yang mengagungkan konsep "satu suku, satu keyakinan itu lebih baik". Tidak salah sih, hanya rasanya kok kurang pas jika tinggal di negeri ini jika konsep tersebut masih menjadi hal yang utama. Beberapa waktu belakangan, saya berpendapat kalau negeri ini sudah mulai bisa menerima dan menghargai keragaman. Presiden keempat kita menunjukkan bahwa keragaman itu harus diterima dengan baik, hal ini ditandai dengan bertambahnya hari libur nasional di negeri ini :) Waktu berjalan, dan pemikiran tentang "beda suku dan beda keyakinan" bukan menjadi sesuatu besar mulai menjadi hal yang tidak perlu diambil pusing, karena itu sudah biasa. Cerita pagi ini mengusik pemikiran ini.

Salah seorang kakak ipar bekerja di sebuah lembaga yang erat kaitannya dengan hal berbau agama di sebuah propinsi yang masih lekat dengan keyakinan tertentu. Well, kakak ipar satu ini memang sudah terbiasa dengan keragaman semenjak menikah dengan kakak saya, dan kamipun belajar banyak hal dari dia. Sampai hari ini, masing-masing dari mereka masih memegang keyakinan-nya, hanya saat ini mereka tidak tinggal bersama karena alasan pekerjaan. Kakak saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan nya di kota X, dan kakak ipar saya diterima kerja di kota Y. Sekali lagi, ambil sisi baiknya, segala hal pasti punya sisi baiknya, seburuk apapun hal itu. Sebulan yang lalu, kakak ipar saya ternyata diberhentikan dari pekerjaannya, dengan alasan memiliki suami yang berdarah keturunan dan berbeda keyakinan. Sangat mengganggu pemikiran. Kenapa sejak awal diterima bekerja? Dan kenapa baru sekarang diberhentikan? Tidak ada alasan yang logis. Sungguh tidak mencerminkan keragaman di negeri ini. Buat apa pelajaran PPKn diberikan semasa Sekolah Dasar? Buat apa kita diajarkan untuk menghargai umat yang berbeda agama? Kalau pada akhirnya tidak bisa diaplikasikan di kehidupan nyata? Jika memang itu kebijakan internal, apakah tidak bisa dilandaskan atas dasar bhineka tunggal ika? Tidak ada maksud sok benar, sok tahu, sok ngerti perbedaan, sok idealis.

Hal ini menjadi sesuatu yang kabur, tak berpenghujung, penting tak penting, dan mungkin tak bisa dijawab. Seperti judul film Indonesia beberapa waktu lalu, Alangkah Lucunya Negeri Ini.

01 March 2012

Integrity, Integritas, Intégrité

Mendengar kata integritas, yang terlintas pertama kali di pikiran adalah keteguhan diri. Menurut seorang teman, seseorang yang memiliki integritas adalah mereka yang dapat melakukan apa yang mereka katakan, bukan hanya dapat tapi juga selalu memelihara sikap mereka. Jika berjanji, tepatilah. Jika berhutang, bayarlah. Jangan mengumbar janji yang tidak akan bisa kita tepati. Perkataan dan tindakan harus sama, itulah Integritas. Hitam ya hitam, putih ya putih, tidak ada area abu-abu. Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak, tidak ada area "mungkin". As simple as that.

Integritas disusul kemudian oleh komitmen. Kesediaan untuk senantiasa menjadi orang yang punya keteguhan. Kemauan untuk melakukan dan menjadi. Jika ingin menjadi orang baik, terusah berbuat kebaikan, dilarang untuk bosan, yang memang pada faktanya menjadi orang baik itu banyak ruginya :) tapi kalau sudah memutuskan, buat komitmen, kesediaan untuk senantiasa berbuat baik. Jika ingin berubah, teruslah berusaha melakukan perubahan, jangan bosan, jangan menyerah. Integritas akan pasti diuji oleh keadaan. Mau menang atau kalah? Itu pilihan.

Membahas kembali tentang komitmen, tampaknya tidak jauh dari hal yang biasa disebut pernikahan. Melihat kakak-kakak yang sudah menikah, menjadi mengerti apa itu pernikahan tanpa harus menikah lebih dulu, yea, suatu keuntungan menjadi bungsu di keluarga. Pernikahan itu saling membuat, mengikat dan memelihara janji. Kata "bosan", "sudah tidak cocok", "sudah beda prinsip", apalagi "tidak cinta lagi" dalam pernikahan itu seharusnya tabu. Tidak boleh, tidak diperkenankan. Pernikahan dilakukan hanya sekali dalam hidup, well, ini menjadi hal yang subyektif di masa sekarang. Ketidakcocokkan, perubahan, dan masa waktu ternyata menjadi hal-hal yang berpotensi menjadi penyebab berakhirnya komitmen. Di sinilah keberadaan si integritas dipertanyakan, kemana perginya? mengapa pergi? siapa yang menyebabkan dia pergi? Pertanyaan susah :( Dari satu pengalaman, pernikahan bisa saja masih dipelihara, tapi hanya sebatas status, faktanya di lapangan, pasangan ini tidak bertemu, tidak komunikasi, beda tempat tinggal, lalu untuk apa dijalani? Bukankah lebih baik pisah saja? Lagi-lagi pertanyaan susah :( Tidak akan ada habisnya alasan demi alasan yang valid dibuat.

Kembali ke awal, selama ada waktu, belajar untuk melakukan apa yang dikatakan, jika semua orang sudah bisa seperti ini, siapa tau keadaan di sekitar bisa "menjadi lebih baik".

29 January 2012

Komitmen VS Cinta

Kata kebanyakan orang, kita jatuh cinta dulu baru kemudian membuat komitmen. Kita membuat komitmen dengan orang yang kita cinta. Apakah secara praktek nya seperti itu? Mungkin bagi kebanyakan orang memang benar, tapi kebanyakan orang. Cerita yang ideal adalah sepasang kekasih jatuh cinta kemudian mereka berkomitmen untuk bersama. Sepasang ideal ini berati dua insan yang mereka boleh jatuh cinta satu dengan yang lain dan layak untuk membuat komitmen. Namun bagaimana dengan orang-orang lain yang mungkin mengalami 'kisah cinta dan komitmen' yang berbeda? Ada beberapa cerita yang mungkin bisa terjadi. Seseorang bisa saja jatuh cinta dengan orang yang 'salah', dengan orang yang 'bukan seharusnya' mereka jatuh cinta. Jika ini terjadi maka apakah bisa membuat komitmen? Cinta saja tidak boleh, bagaimana mau komitmen? Tampaknya cinta dan komitmen berjalan sejajar dan saling mendukung. Kedua hal ini, cinta komitmen, berjalan beriringan seperti ini bagi mereka yang beranggapan bahwa cinta itu adalah yang pertama terjadi kemudian komitmen menyusul.

Namun lain bila terjadi pada sekelompok orang yang mempunyai pandangan sedikit berbeda. Cinta itu bisa menjadi kepentingan yang kedua, dimana kepentingan pertama adalah komitmen. Komitmen dilakukan, kemudian kita jatuh cinta. Percaya? Percaya nga percaya. Jangan selalu berpendapat bahwa kita tidak bisa berkomitmen sebelum jatuh cinta, karena itu bukan sesuatu kemutlakan. Misal saja dengan penjodohan, mereka 'terpaksa berkomitmen' satu sama lain karena unsur 'paksaan', dan toh bisa langgeng hingga belasan bahkan puluhan tahun. Jika saja bisa ditanyakan pada 'insan perjodohan' ini, apakah pada awalnya mereka jatuh cinta? Bisa saja tidak. 'Komitmen' kedua orang tualah yang nampaknya menggebu2 supaya mereka bisa bersama, dan, 'puff', mereka jatuh cinta setelah 'komitmen' itu. Komitmen kedua orang tua melahirkan komitmen dua insan ini. Intinya adalah, entah cinta atau komitmen dulu yang terjadi, tidak menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah sudut pandang saja ;)

19 January 2012

Do what you Love.

Lakukan apa yg kita suka, dan sering lakukan itu. Sama halnya dengan minum suplemen vitamin, bisa membuat hidup lebih sehat. Dimanapun, tiap ada kesempatan, lakukan hal yang kita suka. Untuk membuat hidup jadi lebih OKE nga perlu jadi kaya banget, nga perlu punya pekerjaan impian setinggi langit dengan gaji OKE, nga perlu punya fasilitas yang sampe bagaimana, simpel nya. Bawa buku ke manapun, kalau memang ada waktu membaca. Catat tanggal merah di sepanjang tahun, rencanakan jalan-jalan. Bangun lebih pagi, lari-lari pagi sekitar komplek rumah. Nikmati tiap kunyahan saat makan pagi, siang dan malam, dan campurkan sedikit rasa syukur jika memang terasa enak. Pelajari bahasa, menguasai lebih dari tiga bahasa asing sepertinya menyenangkan. Kalau mau lebay, nikmati tiap nafas, karena ada beberapa orang yang bisa nafas lancar pun kudu pake tabung oksigen. Rajin beribadah tiap minggu, lakukan kebaikan tiap saat di kala mampu, senyum i orang lain di saat ketemu. Semuanya hal mudah, tanpa biaya kecuali untuk yang jalan-jalan :D.

12 January 2012

Simply Happy

Bahagia itu Keputusan. Saya bisa berkata demikian bukan berarti saya sedang bahagia, tapi memang, saat ini saya sedang bahagia. Mudah memang berkata bahwa "bahagia itu keputusan" saat kita dalam kondisi baik, lain halnya jika sedang ada di kondisi yang buruk, mungkin butuh perjuangan, ekstra tenaga untuk menarik kedua otot di masing2 ujung mulut untuk membentuk senyuman. Bahagia tanpa alasan. Bahagia nga harus selalu memiliki standar, tidak memiliki apapun bisa jadi bahagia asal kita mau :) Sore ini mendengar kabar baik dari seorang teman karib, rasanya seneng juga melihat temen seneng. Nga ada salahnya kalau mau ikutan seneng, tapi yah, sedikit campur iri sih hahahhahaha, wajar. Mungkin kalo kita bisa menjadi penyebab seseorang menjadi bahagia, akan berasa lain, setidaknya ada hal baik yang bisa kita kerjakan untuk mereka. Sedikit banyak pasti ada rasa bangga bahwa kita bisa menjadi alasan bagi orang lain untuk mereka tersenyum, atau bahkan tertawa. Ada yang bilang, nga butuh seseorang yang cantik/ganteng, fisik oke, pintar cerdas, talented untuk bisa membuat kita jatuh cinta, asal orang itu bisa membuat kita tertawa, tersenyum, disitulah ada jatuh hati. Yea, untuk bahagia nga butuh sesuatu yang rumit, hanya lakukan yang kita suka, dekat dengan orang yang tepat. Sederhana kan?

02 January 2012

Warna itu berwarna.

Hidup itu sekali. kudu manis kayak gulali. Yang nga cuma sekali itu jatuh, asal nga sampai runtuh. Nga tiap saat hati bisa berkobar, tapi sering kok berdebar.

01 January 2012

2012 - Time does fly

Okay, time does fly. Sudah tahun 2012. Resolusi apa yang dibuat? Tidak ada, hehe, karena sepertinya percuma membuat resolusi dari tahun ke tahun, sebagian besar dari mereka nga bisa dipenuhi, daripada selalu kecewa, lebih baik tidak membuat sama sekali.

2011. Banyak hal yang dilalui, banyak orang yang ditemui dan dikenal, manusia datang dan pergi, banyak pengalaman yang didapat. Semua hal, perasaan, dan hasil campur aduk jadi satu, itulah tahun 2011. Belajar untuk menikmati apa yang sudah didapat, belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama (*paling sulit).
Ups and Downs coloring 2011.

2012. Berjanji pada diri sendiri untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari 2011? Berjanji pada diri sendiri itu biasanya sering diingkari, jadi sebaiknya mencari orang lain yang bisa memegang janji kita dan membantu untuk menentukan arah tujuan. Semoga di tahun ini bisa mengunjungi lebih banyak tempat, mendapatkan pembelajaran dari apapun dan siapapun, untuk tetap merendahkan hati di tempat yang seharusnya, bisa membantu lebih banyak orang, lebih banyak buku yang dibeli dan dibaca, banyak-banyak olah raga, dan menjadi teman yang karib untuk diri sendiri.

Hey, you, man in the mirror, if you wanna be a better person, change your habit and you'll see the difference.