22 October 2012

Diam.

Dalam diamku, ada bimbang.
Dalam diamku, ada kecewa yang tertahan.
Dalam diamku, benakku berteriak.
Dalam diamku, anganku benar menjadi angan.
Dalam diamku, ada rasa yang aku tak paham.
Dalam diamku, lelah dan harapku beristirahat.
Dalam diamku, aku memandang jarak terbentang.
Dalam diamku, ada banyak kata tak tersampaikan.
Dalam diamku, ada banyak salam tak terbalas.
Dalam diamku, aku menulis sepucuk surat.
Dalam diamku, aku menunggu kau berbuat sesuatu.
Dalam diamku, aku tidak hanya diam.
Dalam diamku, ada kamu.
Dalam diamku, ada rinduku padamu.
Dalam diamku, menyaksikan rindu itu tak berbalas.
Dalam diamku, aku akhirnya terdiam.

12 October 2012

Kamu.

Hangatnya kopi di dinginnya malam ini.
Menggugah ingatku pada sentuhmu.
Manisnya rasa di lidahku yang kelu ini.
Membangunkan ingatku pada senyummu.

Sudah lelah debarku menunggu.
Sudah letih rinduku berulang.
Aku berdiri dalam yakin.
Kita ada di ruang yang sama.

Kita mendengar rintik yang sama.
Sekalipun kau tak ada dalam pandangan.
Kita menikmati bulan yang sama.
Meski bayangmu ada di sudut yang lain.

Jangan ada jika.
Jangan ada kalau.
Biarkan debarku pergi tak kembali.
Biarkan rinduku tidur tenang.

04 October 2012

Mendung.

Langit sore berteriak.
Awan ikut merintih.
Burung terbang berserak.
Daun kering jatuh saling menindih.

Hujan tak mau kalah bersuara.
Mendarat ke tanah sambil bergemuruh.
Diri dihujam hujan tanpa jera.
Ditinggal sendiri hingga ingin runtuh.

Suara nurani menjadi redam.
Remuk karena mengamuk.
Harapan seketika padam.
Semangat tumbuh menjadi suntuk.

Buat apa berubah,
Jika suasana membeku dingin.
Silakan jadi jengah,
Jika mimpi hanya sebatas ingin.

Dia ingin kembali terbang,
Tapi sayapnya basah kemudian patah.
Kini hanya bisa diam berkubang.
Menatap rasa yang sudah buta arah.