23 December 2015

Payah.

Kau pergi tanpa pesan,
Malah membuatku terkesan.
Datang kembali dengan dicari,
Akibat aku yang lupa diri.

Apakah dengan memelihara gundah,
Membuat hidup bergairah.
Tidakkah sudah cukup lelah,
Tanpa harus berjerih payah.

Tidak jauh lebih payah,
Melahirkan api dari bara.
Seorang anak mendamba ayah,
Seperti lelaki rindu asmara.

24 November 2015

Mendung.

Hujan di atas masih tergantung,
Belum ruah membanjiri gunung.
Air mata masih di kantung,
Belum jatuh mencipta kabung.

Kudengar suara senandung,
Kala langit berubah mendung.
Bukan iba yang dikandung,
Hanya rindu terbiar membendung.

Langit kini merenung,
Bak mencoba mengerti relung.
Angin mencipta suara gaung,
Jauh masuk ke dalam palung.

Rasa berhenti bertarung,
Dan rindu lelah meraung.


02 April 2015

Kicau.

Aku jengah menunggu,
Aku kehabisan waktu,
Aku payah dalam terburu,
Beri aku waktu.

Kesukaan angin menderu,
Kesukaanku kini merisau,
Entah siapa yang aku tunggu,
Aku bahkan tak mengenalmu.

Tolong siapapun beri aku peluru,
Aku ingin memburu.
Ajarku bermain pisau,
Aku ingin mengacau.

Dalam mimpi aku meracau,
Setelahnya burung girang berkicau,
Matahari luar membuatku silau,
Aku tak tahu ke mana aku menuju.

27 March 2015

Kikuk.

Kota ini makin hiruk pikuk,
Membuat rasaku berubah kikuk,
Harap ini mulai meringkuk,
Hingga percayaku kian mengantuk.

Aku merindu pertemuan,
Seperti pemangsa menanti buruan,
Bak senjata yang membutuhkan tuan,
Layaknya lelaki mendamba perempuan.

Pintaku bukan semu,
Ingin mencipta satu temu,
Tanpa mengundang jemu,
Berkisah andai aku dan kamu.

Rasaku kembali berulah,
Mencipta kecewa seperti disesah,
Membuat tuhan gundah,
Menanti hingga lelah.

Ada suatu masa,
Di mana ada rasa,
Aku menjadi tak kuasa.