01 March 2012

Integrity, Integritas, Intégrité

Mendengar kata integritas, yang terlintas pertama kali di pikiran adalah keteguhan diri. Menurut seorang teman, seseorang yang memiliki integritas adalah mereka yang dapat melakukan apa yang mereka katakan, bukan hanya dapat tapi juga selalu memelihara sikap mereka. Jika berjanji, tepatilah. Jika berhutang, bayarlah. Jangan mengumbar janji yang tidak akan bisa kita tepati. Perkataan dan tindakan harus sama, itulah Integritas. Hitam ya hitam, putih ya putih, tidak ada area abu-abu. Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak, tidak ada area "mungkin". As simple as that.

Integritas disusul kemudian oleh komitmen. Kesediaan untuk senantiasa menjadi orang yang punya keteguhan. Kemauan untuk melakukan dan menjadi. Jika ingin menjadi orang baik, terusah berbuat kebaikan, dilarang untuk bosan, yang memang pada faktanya menjadi orang baik itu banyak ruginya :) tapi kalau sudah memutuskan, buat komitmen, kesediaan untuk senantiasa berbuat baik. Jika ingin berubah, teruslah berusaha melakukan perubahan, jangan bosan, jangan menyerah. Integritas akan pasti diuji oleh keadaan. Mau menang atau kalah? Itu pilihan.

Membahas kembali tentang komitmen, tampaknya tidak jauh dari hal yang biasa disebut pernikahan. Melihat kakak-kakak yang sudah menikah, menjadi mengerti apa itu pernikahan tanpa harus menikah lebih dulu, yea, suatu keuntungan menjadi bungsu di keluarga. Pernikahan itu saling membuat, mengikat dan memelihara janji. Kata "bosan", "sudah tidak cocok", "sudah beda prinsip", apalagi "tidak cinta lagi" dalam pernikahan itu seharusnya tabu. Tidak boleh, tidak diperkenankan. Pernikahan dilakukan hanya sekali dalam hidup, well, ini menjadi hal yang subyektif di masa sekarang. Ketidakcocokkan, perubahan, dan masa waktu ternyata menjadi hal-hal yang berpotensi menjadi penyebab berakhirnya komitmen. Di sinilah keberadaan si integritas dipertanyakan, kemana perginya? mengapa pergi? siapa yang menyebabkan dia pergi? Pertanyaan susah :( Dari satu pengalaman, pernikahan bisa saja masih dipelihara, tapi hanya sebatas status, faktanya di lapangan, pasangan ini tidak bertemu, tidak komunikasi, beda tempat tinggal, lalu untuk apa dijalani? Bukankah lebih baik pisah saja? Lagi-lagi pertanyaan susah :( Tidak akan ada habisnya alasan demi alasan yang valid dibuat.

Kembali ke awal, selama ada waktu, belajar untuk melakukan apa yang dikatakan, jika semua orang sudah bisa seperti ini, siapa tau keadaan di sekitar bisa "menjadi lebih baik".

No comments: