05 July 2014

Pergi.

Pandangannya tertatap keluar jendela kaca,
Kaca yang penuh titik air bekas hujan,
Bersama secangkir kopi dan buku yang terbaca,
Bukan tatap kosong tapi sarat angan.

Hujan senja menyenyapkan luar kedai yang bising,
Kedai yang disebut dengan tempat biasa,
Sebuah tempat yang kini asing,
Tempat yang pernah diwarna dengan rasa dan asa.

Ingatannya berputar tentang dia yang menjauh,
Seperti matahari senja yang akan turun lenyap,
Menjauh bukan sebab rasa yang mulai lusuh,
Tapi oleh mereka yang membuat rasa jadi pengap.

Meja berubah menjadi saksi canda yang dulu ada,
Canda gurau di antara lalu lalang pelayan,
Saat menanti hujan jangan reda,
Memupuk rasa lebih manis antara dua kawan.

Dulu indah kini sunyi,
Mengubah ingin menjadi kepulan asap,
Janji yang tinggal bunyi,
Menunggu waktu bagi rasa berubah senyap.

Menatapnya pergi lunglai,
Berpamit dengan mata sayu,
Mencoba gigih hingga pikiran lalai,
Teriring lagu pemusik jalanan yang mendayu.