09 July 2024

Senja di Kabin

Saat tulisan ini diketik, kursi kabin mengunci badan,
Di luar sana, di atas sini, langit menunggu hujan,
Ada kala pesawat berguncang pelan,
Suara awak pesawat ingatkan sabuk pengaman.

Pikiran terbang ke arah senja di barat,
Tanpa alasan, ada sedih yang disambat,
Ada risau tanpa sebab dan tanpa obat,
Ada keluh yang mengalir hebat.

Belum kutahu alasanku berada di sini,
Mengurai ulang cerita demi cerita,
Masih tidak terlahir logika yang rinci,
Aku rindu kota besar dan yang mengisinya. 

05 September 2021

Tetap Dalam Ingatan.

Pernah aku berharap agar jarak tidak mengganggu,
Pernah aku berdoa agar temu tidak menjadi syarat,
Pernah aku meyakini bahwa memori akan lekat,
Belum aku tersadar semua itu hanya angan.

Menatapmu langsung kini membuatku kikuk,
Tidak seperti belasan tahun silam.
Membuatmu tertawa kini perlu usaha,
Tidak seperti dulu yang tanpa rencana.

Butuh ribuan hari untuk menjadi dekat,
Tidak butuh waktu untuk kini menjadi jauh. 

Andai hubungan ini bisa mengaduh,
Akan meluap erangan yang bergemuruh,
Menghabiskan keluh,
Menyurutkan suluh.

25 August 2021

Remuk

Aku tidak jatuh, tapi remuk.
Aku tidak mengeluh, tapi ingin mengamuk.
Langit yang kupandang tidak lagi sama.
Bulan yang kulihat kini tampak berbeda.
Aku menginginkanmu tapi kuenggan meraih.
Salahkan aku karena aku rapuh.
Bukan tegar yang aku ukir.
Bukan harap yang aku kejar.

Aku tidak jatuh, tapi remuk.

24 December 2018

24 Desember 2018


Hei, selamat Natal.

Rasa yang sama untuk setiap malam Natal.
Belum pernah harap jadi nyata, berkumpul di bawah atap yang sama, berbagi cerita menunggu hari berganti. Sibuk dengan yang dekat masing-masing. 

Namun, itulah harapan. Memandang depan dengan yakin yang teguh bahwa mimpi akan terjadi.

Malam ini juga tanpa bintang terang, masih dengan memori masa kecil yang sama, lagu yang sama, dan masih harap yang sama untuk Santa.

07 December 2018

Ruang

Kita hanya diam,
Kata tak berbunyi,
Pagi berubah malam,
Tatap kini sunyi.

Kita mencipta ruang,
Aku mengisi banyak jeda,
Tak tersisa satu bayang,
Matamu kini berbeda.

Kita menuai jarak,
Dari hening yang menggunung,
Bahagia yang dulu lekat,
Kini tersisa murung.